Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan larangan bagi seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) untuk memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan saat pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jebul Suroso, sebagai Guru Besar Bidang Manajemen Keperawatan, Kamis (10/4/2025).
“Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan memberikan gelar profesor kehormatan. Karena profesor itu melekat pada profesi dan institusinya, dan merupakan jabatan akademik, bukan gelar seremonial,” tegas Haedar di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Meski belum tertuang dalam surat keputusan resmi, Haedar menegaskan bahwa seruan tersebut harus dipahami sebagai instruksi langsung dari Ketua Umum PP Muhammadiyah demi menjaga marwah dan integritas akademik PTMA.
Saat ini, jumlah guru besar di lingkungan PTMA telah mencapai 431 orang, termasuk Jebul Suroso yang baru saja dikukuhkan. Haedar berharap peningkatan jumlah profesor tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan simbolik, tetapi berdampak nyata pada peningkatan mutu dan peran strategis PTMA.
“Penambahan guru besar harus sejalan dengan penguatan catur dharma perguruan tinggi serta kontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun peradaban,” ujar Haedar.
Ia juga menyoroti kiprah PTMA dalam bidang kedokteran. Hingga kini, terdapat 20 PTMA yang memiliki fakultas kedokteran, dan 14 di antaranya telah meraih akreditasi unggul. Menurutnya, capaian ini merupakan peluang untuk mendorong keunggulan institusi agar setara dengan standar global.
Namun, Haedar mengingatkan bahwa tantangan pendidikan tinggi di Indonesia masih besar. Ia menyinggung rendahnya peringkat universitas Indonesia dalam daftar world university rankings. Bahkan perguruan tinggi terbaik di Indonesia seperti Universitas Indonesia pun baru menempati posisi 206 dunia.
“Malaysia sudah punya tiga universitas di jajaran 200 besar dunia. Universiti Malaya di posisi 65, Universiti Putra Malaysia di 158, dan Universiti Kebangsaan Malaysia di 159. Singapura jelas masuk. Timur Tengah juga mulai unjuk gigi, dengan universitas dari Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab masuk top 200,” bebernya.
Haedar juga menyebutkan bahwa negara-negara Amerika Latin seperti Brasil dan Meksiko berhasil menembus peringkat dunia. “Brasil meski sepak bolanya sedang menurun, tapi Universitas São Paulo bisa masuk 200 besar. Artinya, meskipun kita merasa besar di dalam negeri, dalam konteks dunia kita masih tertinggal,” tandasnya.